Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Ulasan Buku dan FIlm

Pandemi dan Buku-Buku Filsafat

Tiga buku tentang Marxisme karya Magnis Suseno (Gramedia) Dalam postingan kali ini, saya akan membagikan pengalaman saya tentang pentingnya filsafat dan bagaimana cara kerja filsafat terutama dalam menghadapi masa pandemi ini.  Saya mengatakan demikian bukan berarti, tanpa pandemi, buku-buku filsafat tidaklah penting melainkan melalui teks-teks filsafat, saya dibantu untuk membaca fenomena pandemi secara lebih filosofis dan eksistensial.  Lalu, apa implikasinya? Jawaban paling sederhana yang dapat saya berikan adalah bahwa melalui buku-buku filsafat, saya diberikan kemungkinan untuk selalu merumuskan pertanyaan terus menerus terhadap segala sesuatu. Persis seperti adagium dari filsuf Nicholas Rescher yang mendaulat manusia sebagai homo quaerens atau inquiring human , makhluk yang senantiasa bertanya sepanjang hidupnya. Saya punya sebuah ilustrasi tentang hal ini. Jika Anda terbiasa melakukan riset atau pernah menulis karya ilmiah (skripsi/tesis/disertasi), Anda tentu menyadar...

Lambung yang Lapar dan Gelisah

Pengantar buku Kumpulan Cerpen "Tuhan Mati di Biara" Oleh Paul Budi Kleden, SVD Aristoteles disebut pernah mengatakan: primum manducare, deinde philosophari . Ungkapan asli Aristoteles tentu saja dalam bahasa Yunani. Pertama-tama cari makan, baru setelah itu boleh berdebat ria. Dengan perut kosong orang memang tidak bisa berpikir jernih. Aristoteles tak cuma butuh tinta dan papirus untuk menulis sekian banyak uraian filosofis. Dia pun perlu makanan. Tetapi orang Romawi juga punya pengalaman, bahwa perut yang penuh itu laksana kabut yang menghalangi mata melihat dengan jernih, beban berat yang menghambat kelincahan berpikir. Ini tertuang dalam ungkapan mereka: plenus venter non studet libenter . Perut yang penuh tidak suka belajar, seringkali membuat orang malas berpikir. Kalau memang dengan perut kosong orang tidak dapat berfilsafat, apakah orang bisa berkhayal dan mengarang cerita dari lambung yang lapar dan gelisah? Ceritera bukan hanya milik orang-orang yang peru...

Bermain-Main dengan Paradoks dalam 'Orang-Orang Oetimu (O3)'

Postrukturalisme adalah seni mengelola paradoks. Ia seperti rasa sakit pada gigi yang dapat dilawan dengan cara menggigit. Ia seperti rasa sakit yang inheren dalam cinta. Atau luka yang ditawarkan oleh duri di sekujur tubuh mawar. Tetapi dari situlah, mau tidak mau, manusia mesti memilih: antara kebaikan dan kejahatan, antara cinta dan benci, antara perang dan damai Di hadapan semuanya itu, kita sebenarnya sedang bermain-main dengan ketidakpastian. Postrukturalisme merupakan respon intelektual terhadap strukturalisme. Meskipun dikenal sebagai sebuah istilah yang lebih condong ke bidang kajian linguistik, secara sederhana dapat dijelaskan bahwa strukturalisme merupakan sebuah paham yang menilai bahwa hubungan antara unsur satu dan unsur yang lain lebih penting daripada unsur itu sendiri. Konsekuensinya, makna sebuah benda misalnya, dinilai berdasarkan relasi sinkronis dengan apa saja di luar dirinya. Atau yang umum dikenal sebagai signifier (penanda) dan signified (petanda). Petand...

Memikirkan Karl Marx dan Foucault dalam "In Time"

K ehidupan manusia abad ini menjadikan manusia sebagai produk pabrik, yang oleh Hemingway disebut “manusia yang pergi di jalan gelap tanpa tujuan dan tanpa ke mana-mana,” sehingga “manusia akan terbuang percuma,” kata George Orwell. Sebagaimana Nietzsche lewat Zarathustra, atau manusia ala Sisyphusnya Albert Camus, atau oleh Goethe dalam Faustnya, memberikan sampel menarik dalam kebingungan, ketololan arah tujuan hidup yang dilampaui, menggambarkan perburuan manusia akan kehidupan yang menyenangkan dan untuk mencari kepuasan hedonistis. Yang menentukan eksistensi seseorang bukan lagi subjektivitas (cogito ergo sum: saya berpikir, karenanya saya ada), melainkan pada kemampuan seseorang dalam melakukan tindakan konsumsi (emo ergo sum: saya berbelanja maka saya ada). Selalu melirik jam karena takut terlambat, khawatir dijebak macet dan hujan, gelisah menjelang deadline paper dan artikel jurnal, dan beragam jenis cara menghadapi waktu merupakan satu-satunya indikator yang menunjukkan bagai...