Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Politik

Merumuskan Pahlawan

A pa itu pahlawan?   Dalam legenda tentang Roma yang termasyhur itu: di bukit tempat kota itu didirikan, Romulus membunuh saudara kandungnya Remus, sebelum tata dan tertib lahir. Bagaimana seseorang (dibuat) menjadi pahlawan? Bagaimana masyarakat merumuskan standar bagi kita untuk menjadi pahlawan?   Erik Gottfried Christian Brandt, seorang anggota Parlemen Swedia dari Partai Demokrat pernah menominasikan Adolf Hitler untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaian. Nominasi itu terjadi hanya tiga bulan sebelum invansi Nazi ke Polandia yang memicu Perang Dunia II. Tanpa berpretensi menjawabi semua pertanyaan di atas, tulisan ini memiliki tujuan tiga arah antara lain: Pertama , membongkar proses merumuskan pahlawan yang kemudian dibuat menjadi mitos. Kedua , menggambarkan karakteristik dominan yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk menetapkan standar ‘(tidak) menjadi pahlawan”. Ketiga , agensi politik yang memungkinkan setiap orang merumuskan caranya sendiri untuk menjadi pahlawan d...

Kebebasan dari Perspektif Seorang Jomblo

Kalian pasti pernah mendengar pernyataan “Menjadi jomblo itu pilihan” dan menganggap bahwa hal itu biasa-biasa saja. Tetapi bagi saya, terdapat persoalan serius dalam kalimat tersebut yakni penggunaan kata “pilihan”.  Jika disuruh memilih, tidak mungkin tidak ada option A, B, atau C yang disodorkan terlebih dahulu kepada si Pemilih, bukan? Nah, kejanggalan akan muncul bila terdapat deksripsi lanjutan seperti, “Engkau bebas memilih antara A, B, atau C”.  Bagi saya, ini aneh! Apa itu kebebasan? Mengapa ada keyakinan nan mulia bahwa pilihan seseorang menjadi jomblo itu murni dari hati nuraninya yang terdalam? Saya tidak yakin. Dalam salah satu adegan Film “The Lady” yang disutradarai oleh Luc Besson, seorang tokoh pemerintah Myanmar menginterogasi Aung San Suu Kyi dari liga pro-demokrasi. “Engkau bebas memilih antara menyelamatkan negaramu ataukah keselamatan keluargamu,” katanya. Beberapa menit berselang, Aung San Suu Kyi mengangkat mukanya.  Dengan mata mem...