Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Esai

SKT dan Masa Depan Tenaga Kerja Padat Karya

  Urgensi Industri rokok di Indonesia memasuki masa di mana ada pertentangan ideologis antara industri kesehatan dan sektor ekonomi yang menjadi penopang kehidupan finansial para pekerja, bukan hanya di bidang pertembakauan namun juga di bidang industri kreatif seperti musik dan promosi. Gejala ini bukan hal baru mengingat Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tembakau terbesar nomor enam di dunia, setelah Cina, Brazil, India, USA dan Malawi dengan jumlah produksi sekitar 136 ribu ton atau sekitar 1,91 persen dari total produksi tembakau dunia.  Indikator itu disebabkan oleh potensi negara ini yang memiliki  provinsi penghasil tembakau kualitas baik dan terbesar seperti, Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Di Jawa Timur  ada lima kabupaten sebagai sentra penghasil tembakau terbesar dalam skala nasional seperti, Jember, Probolinggo, Bojonegro, Pamekasan dan Situbondo. Dalam Film Gadis Kretek misalnya, kita diberi pemahaman tentang sejar...

Membongkar Klaim Degradasi Lingkungan Karena Industri Kertas

Pohon-pohon adalah sajak yang ditulis bumi ke atas langit (Khalil Gibran). Ilustrasi industri kertas. (Foto: ANTARA FOTO/FB Anggoro) Saya sering mendengar dan membaca pesan singkat bernada preskriptif yang, alih-alih berisi ajakan untuk menyelamatkan lingkungan, opini orang justru cenderung digiring untuk mengurangi penggunaan kertas, seolah-olah degradasi lingkungan hidup disebabkan semata-mata karena industri kertas. Tidak berhenti di situ. Klaim seperti ini secara implisit mengandung asumsi bahwa pilihan paling taktis dan terbaik bagi kelestarian lingkungan hidup adalah dengan menggunakan teknologi digital tanpa kertas. Lalu muncul istilah paperless society, sebuah masyarakat yang menggantikan peran media komunikasi menggunakan kertas dengan media komunikasi digital (virtual). Konsep paperless society tersebut diperkenalkan oleh Frederick Wilfrid Lancaster pada tahun 1978 dengan mengambil contoh transformasi dari manajemen perpustakaan berbasis kertas kepada pengelolaan perpustakaan...

Neoliberalisasi Masyarakat Adat

Sumber gambar: Foto 1 diambil dari greeners.co. Foto 2 dari dokumentasi AMAN tentang Panen semangka di ladang Masyarakat Adat Batin Beringin-Sakai. Foto 3 diambil dari Facebook/Dok. Balai Taman Nasional Kayan Mentarang. Foto 4 diskusi masyarakat adat Nusantara/Walhi. Dilema Umum Esai ini ditulis persis ketika saya dan beberapa teman yang tergabung dalam Eco Blogger Squad mengikuti Online Blogger Gathering, Jumat (14/4). Iven itu menghadirkan pembicara dari Walhi Indonesia Perwakilan Sulsel.  Beberapa insight penting yang menjadi concern diskusi coba saya jabarkan dalam tulisan ini secara tematik yang bertujuan menjelaskan mekanisme intervensi kebijakan pembangunan terhadap eksistensi masyarakat adat di Indonesia. Dengan mengambil beberapa contoh kasus, esai ini berargumen bahwa perjuangan masyarakat adat hanya akan solid jika didukung dengan penguatan kapasitas organisasi, basis ideologi gerakan, dan kebiasaan membuat komparasi isu dan metodologi gerakan. Sebelum membahas lebi...

Pandemi dan "Tinta Merah"

Oleh  Ignasius Jaques Juru Peneliti di Polgov Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta D unia saat ini, mulai dari sudut ruang yang paling terpencil sampai di pusat-pusat kemajuan, tidak luput dari kewaspadaan dan juga huru-hara yang sama ketika berhadapan dengan COVID-19. "We are on the same boat", kata Zizek . W alaupun di dalam kapal yang sama, belum tentu kita punya tujuan yang sama; atau sekalipun di dalam kapal yang sama, kita berbeda sikap menghadapi badai yang besar ini: ada yang ketakutan dan ada juga yang tenang menghadapinya. Bahkan, tidak jarang, antara kapten dan penumpangnya tidak saling percaya, atau bisa jadi di kapal yang sama ini,   ada penumpang gelap yang menyusup. Sumber : www.guernicamag.com Selain di dalam kapal yang sama, kita semua juga lelah. Kelelahan kita mungkin disebabkan bukan hanya karena energi yang keluar untuk mengatasi virus ini tetapi juga karena virus ini telah menjadi pusaran yang menarik bagi semua pembicaraan kita soal politik, medis,...

Menggaris dari Pinggir: Masyarakat Adat di Negara Pemuja Seremoni

A rtikel ini dibuka dengan beberapa klarifikasi yang penting untuk dikemukakan. Disebut demikian karena sudah terlalu banyak salah kaprah yang kita lakukan ketika berpikir dan berbicara tentang adat dan masyarakat adat di Indonesia. Kekeliruan Pertama berasal dari kecenderungan kita mengerti adat dan masyarakat adat terbatas pada busana, tarian, dan makanan lokal. Padahal kalau mau jujur, kita bahkan tidak terlalu peduli apa makna di balik semuanya itu. Kekeliruan Kedua masih berhubungan dengan yang pertama yakni kecenderungan memahami masyarakat adat terbatas pada tanah. Terlepas dari tanah telah menjadi komoditas penting dalam abad ini, cara kita memahami tanah sudah benar-benar terlepas dari hubungannya dengan masyarakat di mana tanah itu berada. Anda bisa amati gejala ini persis di dalam kampus di mana tidak sedikit mahasiwa arsitektur misalnya tidak terlalu peduli jika bangunan yang ia desain itu akan didirikan di atas lahan sengketa. Kekeliruan Ketiga tampak dalam kecenderungan...