Skip to main content

Bangunan dan Masa Depan Manusia

(Kontribusi Semen Baturaja Merawat Ingatan Indonesia)

Mengapa kita perlu mendirikan bangunan? Apa alasan dan tujuan kita mendirikan bangunan? Bagaimana caranya kita membangun? 
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas menentukan sejauh mana kedalaman pemahaman kita terhadap bangunan yang kita dirikan sekaligus mengungkapkan kualitas persepsi kita terhadap masa depan bangunan.

Dengan menjadikan Semen Baturaja sebagai ilustrasi utama, ulasan ini menawarkan beberapa pokok pikiran antara lain: Pertama, semen sebagai dasar sebuah bangunan memainkan peranan penting baik dalam definisi material maupun metaforis. Kedua, refleksi filosofis terkait bangunan mewajibkan pengamatan kita yang dalam terhadap seperti apa masa lalu, masa kini, dan masa depan yang kita bayangkan ketika hendak mendirikan bangunan. Ketiga, bangunan hendaknya menjadi ruang ekspresi artistik, kognitif, sosio-kultural, dan politik individu atau peradaban masyarakat tertentu.

Sumber Gambar: semenbaturaja.co.id
Bertolak dari tiga poin kunci di atas, artikel ini bertujuan menjadikan Semen Baturaja sebagai model perseroan yang bukan hanya memproduksi semen tetapi juga menjadi bagian dari proses produksi pengetahuan, solidaritas, dan kompleksitas emosional kita sebagai individu maupun warga negara Indonesia.

Mengapa Penting?

Pertama, tidak ada kehidupan tanpa bangunan. Dengan kata lain, mustahil membayangkan sebuah dunia tanpa bangunan. Mempertimbangkan bahwa unsur paling dasar dari sebuah bangunan adalah semen atau perekat, kehadiran Semen Baturaja membuka kembali ruang diskusi yang lebih luas bahwa ternyata semen bukan sekadar merekatkan material tetapi juga merekatkan kompleksitas hidup manusia. 
Disebut demikian karena justru melalui adanya semen, didirikan berbagai jenis bangunan yang mampu menjembatani orang dari satu daerah dengan daerah lain, mempertemukan orang dari berbagai jenis latar belakang, bahkan menjadi ruang terjadinya pertukaran informasi, gagasan, pengetahuan, kegelisahan, dan harapan bagi semua orang. 
Oleh sebab itu, semen hendaknya dilihat bukan semata-mata sebagai material fisik belaka melainkan ada nilai sosial politik yang terkandung di dalamnya.

Kedua, perseroan tersebut memiliki keunggulan strategis karena terletak di Sumatera bagian Selatan dan merupakan satu-satunya pabrik semen di daerah tersebut. Pabrik ini didirikan pada tahun 1974 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto dan menjadi perseroan yang cukup tua dan tentu saja sudah berpengalaman dalam hal konstruksi baik bagi masyarakat Sumsel maupun Indonesia secara keseluruhan.

Ketiga, di tengah kampanye terkait perubahan iklim, diskusi tentang rancangan mendirikan bangunan dari bahan yang rendah karbon patut mendapat perhatian. Dalam konteks tersebut, tentu saja lembaga yang kerap menjadi sasaran kritik yakni industri semen. Disebut demikian karena industri ini diklaim menyumbang emisi karbon yang cukup signifikan dalam proses pembuatan semen. Persis dalam konteks tersebut, Semen Baturaja II misalnya, telah melakukan beberapa inovasi, salah satunya bernama Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang patut dijadikan contoh bagi perseroan lain yang bisa Anda lihat di sini.

Dua Cara Memahami Bangunan dan Peran Semen Baturaja

Pertama, cara membangun. Bagian ini penting terutama ketika cara atau teknik mendirikan bangunan mencerminkan kompleksitas kehidupan manusia bahkan sebuah peradaban. 
Pemilihan bahan-bahan yang digunakan, penentuan tempat, bentuk atau corak bangunan, dan siapa yang membangun adalah beberapa elemen penting yang perlu dicatat. 
Persis berkaitan dengan hal ini, terdapat beberapa produk yang dihasilkan oleh Perseoran Semen Baturaja antara lain:
  1. Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe I. Jenis Portland Tipe I digunakan untuk pemakaian secara umum, tidak memerlukan persyaratan khusus seperti dipersyaratkan pada tipe lainnya (gedung bertingkat, jalan, jembatan, dan lain-lain).
  2. Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe II. Jenis Portland tipe II digunakan untuk pemakaian yang membutuhkan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang (untuk konstruksi di tanah rawa, pinggir laut, bendungan, dermaga, saluran irigasi).
  3. Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe V. Jenis portland tipe V digunakan untuk pemakaian yang membutuhkan ketahanan terhadap sulfat yang tinggi (konstruksi di daerah rawa, daerah pantai/laut, kawasan tambang, pembangkit tenaga nuklir, proyek geothermal).
  4. Portland Composite Cement (PCC). Jenis PCC ditujukkan untuk pemakaian secara umum dan untuk semua mutu beton. Selain itu, juga digunakan untuk struktur bangunan bertingkat sampai dengan gedung bertingkat tinggi, struktur bangunan di tepi pantai, dan bangunan pada tanah rawa/tanah berasam, struktur jembatan dan jalan beton, struktur bangunan irigasi, bata beton (paving block), genteng beton, beton pracetak, dan lain-lain, pengerjaan pasangan bata, plesteran dan acian.
Sumber gambar: semenbaturaja.co.id
Kedua, alasan atau latar belakang mendirikan bangunan. Bagian ini menjadi penting persis ketika kita hidup di zaman di mana alasan kita melakukan sesuatu bersifat sangat pragmatis. Alih-alih menyebut masyarakat kita kurang menghidupi budaya refleksi, asumsi tentatif yang muncul yakni karena dominannya tuntutan ekonomi politik yang membuat masyarakat kita cenderung mengutamakan aspek-aspek pragmatis terhadap segala sesuatu. Oleh sebab itu, uraian ini menawarkan beberapa cara pandang lain yang membantu kita untuk melihat dan memahami apa alasan utama kita mendirikan sebuah bangunan, lebih dari sekadar hunian semata.

Pertanyaan seperti, “di mana rumahmu”, “kapan mendirikan rumah”, dan lain-lain menunjukkan bahwa keterpaparan kita pada bangunan belum tentu merefleksikan kedalaman pemahaman kita tentang sebuah bangunan. Hal itu yang membuat diskusi ini bersifat krusial dan penting untuk dibahas. Demi melayani kebutuhan masyarakat, Semen Baturaja bahkan perlu membuka cabang dan itu menunjukkan betapa tingginya permintaan masyarakat terhadap produk semen. 

Tidak mengherankan jika konsumsi semen domestik tercatat naik 7,6 persen secara year on year pada Januari 2022 di mana serapan di luar Pulau Jawa mengalami pertumbuhan yang signifikan (Bisnis.com, 21 Februari 2022). Ini tentu menjadi peluang yang bagus bagi perseroan untuk mempertimbangkan konteks Indonesia Timur sebagai lokasi pemasaran. Disebut demikian karena pembangunan yang cukup masif di wilayah tersebut tentu saja membutuhkan ketersediaan semen yang memadai.

Semen Baturaja dan Masa Depan Manusia

Pertama, bangunan mencerminkan relasi sosial. Bagian ini cukup krusial dibahas dan dielaborasi lebih lanjut. Sebagaimana yang sudah disentil pada awal ulasan ini, semen menjembatani orang atau sekelompok orang dari berbagai jenis latarbelakang. Disebut demikian karena semen sebagai perekat material fisik yang memungkinkan didirikannya sebuah bangunan pada akhirnya menjadi tempat berkumpulnya orang. Ia menjelma bukan sekadar bangunan tetapi sekaligus juga ruang di mana interaksi simbolik dan kultural berlangsung.

Kedua, bangunan mencerminkan dimensi spiritualitas. Dimensi itu tampak dalam cara manusia merefleksikan kepercayaan, mitos, dan pandangan hidup tertentu melalui corak atau arsitektur sebuah bangunan. Itulah yang menjelaskan mengapa gedung gereja Katolik pada abad pertengahan misalnya cenderung dibangun dengan corak vertikal dan menjulang nyaris mencakar langit. Hal itu dilandasi oleh kepercayaan bahwa Tuhan bersifat jauh dan transenden.
Sumber gambar: semenbaturaja.co.id
Ketiga, bangunan mencerminkan harapan dan cita-cita kita. Dari sebuah bangunan, kita dapat melihat dominasi ideologi tertentu baik dalam hal corak bangunan maupun desainnya. Ambil contoh saat ini di mana kampanye perubahan iklim dan keberlanjutan lingkungan menjadi isu dominan, ramai-ramai orang berupaya mencari dan menemukan bahan material bangunan yang rendah karbon dan desain bangunan yang ramah lingkungan. 

Disebut demikian karena semen disebut bertanggung jawab atas hingga 8% emisi karbon global (Passive House Plus). Tidak berhenti di situ, Paul Miles dalam Majalah Ecologist misalnya, berargumen bahwa semen adalah salah satu pencemar terbesar di dunia dan menghasilkan lebih banyak emisi per kapita daripada penerbangan. 

Alasan yang sama itu pula, hemat saya, yang membuat Pabrik Baturaja II didirikan dan mulai beroperasi pada tahun 2017. Pabrik ini dibangun dengan teknologi yang terbaru dan ramah lingkungan. Oleh sebab itu, pabrik ini mencatatkan harga produksi yang paling efisien, dengan harga klinker dan konsumsi listrik yang lebih rendah dibandingkan Pabrik Baturaja I (Laporan Tahunan 2021 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk halaman 12). 

Fokus pada keberlanjutan lingkungan, sepanjang 2021, Pabrik Baturaja II mampu menyerap bahan bakar alternatif sebesar 0,84% dari keseluruhan kalori bahan bakar yang digunakan dan nilai pemanfaatan alternatif fuel resources (AFR) ini akan terus ditingkatkan. Selain itu, juga ada upaya mengurangi pemakaian faktor terak dengan menggunakan bahan tambahan ketiga seperti fly ash dan pozzolan (Laporan Tahunan 2021 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk halaman 13). 

Ini juga sejalan dengan kebutuhan dunia akan semen Portland modern dengan kemampuan mengeras lebih cepat di bawah air, kuat, tahan lama, dan tanpa emisi karbon. Atau sejalan dengan definisi pembangunan berkelanjutan, pembangunan pada masa sekarang hendaknya tidak mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Artinya jelas. Kehadiran Semen Baturaja sangat penting karena jika semen yang dibutuhkan untuk membangun sebuah gedung dan jembatan di Sumatera Selatan dikirim dari jarak ribuan mil dari Pulau Jawa mungkin membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan material lokal dan industri lokal di Perseroan Semen Baturaja.
Selain alasan ongkos distribusi, pemahaman tentang ideologi hijau sangat penting dibahas di sini. Bandingkan misalnya Menara Mesiniaga di Selangor Malaysia. Bangunan ini merupakan sebuah gedung tinggi yang menggabungkan panel surya pasif dan teknik ventilasi pasif, termasuk akomodasi, ruang terbuka yang hijau dan vegetasi pada ketinggian. Itu juga tampak seperti “gedung pencakar langit hijau” lainnya termasuk Markas Besar Swiss Re di London yang dibangun oleh Foster dan Mitra. Demikian juga Laboratorium lokakarya UNCESCO di Vesima, Italia yang menggabungkan struktur lokal ke dalam struktur miring transparan di lereng bukit.

Keempat, bangunan dan tanggung jawab sosial. Selain lingkungan tanggung jawab juga pada dimensi sosial. Perseoran berkomitmen memberikan kontribusi bagi masyarakat dan lingkungan sekitar dengan menyesuaikan program dengan SDGs di wilayah operasional pabrik, regional Sumatera Selatan dan Lampung. Melalui itu, perseroan telah melahirkan 11 mitra binaan yang “naik kelas” sepanjang tahun 2021 (Laporan Tahunan 2021 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk halaman 15). 

Bahkan, dalam rangka menunjang kontribusinya secara sosial, Perseroan bahkan memiliki tiga laboratorium pengujian yang berlokasi di Pabrik Baturaja, Pabrik Palembang, dan Pabrik Panjang. Masing-masing laboratorium telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dalam penerapan SNI ISO/IEC 17025:2008. Akreditasi termaksud memiliki ruang lingkup antara lain:
  1. Akreditasi Laboratorium Pengujian Semen.
  2. Akreditasi Laboratorium Pengujian Kuat Tekan Beton.
  3. Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe I dan II.
  4. Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe V.
  5. Portland Composite Cement (PCC).
Tidak berhenti di situ, berdasarkan Surat Keputusan dari Menteri Perindustrian Nomor 466/M-IND/Kep/8/2014 tentang Objek Vital Nasional Sektor Industri menetapkan Semen Baturaja sebagai salah satu objek vital nasional.

Kelima, pengembangan sumber daya manusia. Dengan visi “menjadi green cement based building material company terdepan di Indonesia”, Semen Baturaja menaruh fokus penting pada pengembangan sumber daya manusia melalui perubahan nilai perusahaan dari GREAT (integrity, teamwork, innovative, agility, safety) menjadi AKHLAK (amanah, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, kolaboratif). 

Di situ, fokusnya diarahkan ke dalam hal rancang bangun, operasional, riset, pemeliharaan, engineering dan modifikasi pabrik. Itu tampak dalam komposisi tenaga kerja di mana jumlah usia kerja antara 21-40 tahun sebesar 87,72%. Selain itu, pengarusutamaan SDM juga tampak dalam upaya perseroan dalam menumbuhkan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) baik pada operasional kantor maupun pabrik. Itu dilakukan melalui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan diaudit secara berkala. 

Dengan demikian, tidak mengherankan jika perseroan kembali berhasil menjadi market leader di Sumatera Selatan yang menjadi wilayah pasar utama dengan membukukan market share sebesar 53% sehingga berhasil meraih peringkat Perak pada SNI Award 2021 (Laporan Tahunan 2021 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk halaman 12). 

Berikut terdapat beberapa contoh kerja sama Semen Baturaja dengan berbagai elemen baik swasta maupun negeri di Bidang Penelitian dan Pengembangan tahun 2021, antara lain:

  • 4 Maret 2021: Kembangkan Industri Semen, Semen Baturaja dan UNILA Lakukan Penandatanganan Kerja Sama Penelitian.
  • 16 Maret 2021: Semen Baturaja Tandatangani Kerja Sama Pemanfaatan Limestone, Gypsum, Fly Ash dan Bottom Ash dengan Huadian Bukit Asam Power.
  • 8 April: Semen Baturaja Dukung UMKM dengan Menandatangani Surat Kesepakatan Usaha.
  • 2 Juni: Semen Baturaja Raih Penghargaan Serikat Media Siber Indonesia sebagai Sahabat Pers.
  • 3 Juni: Semen Baturaja Menandatangani MoU Pembentukan Indonesia Infrastructure Learning Institute (I2LI) BUMN
  • 30 Juni: Peluncuran Indonesia Research and Innovation Institute (I2RI) dan I2LI.
  • 15 September: MoU Semen Baturaja dengan Kejaksaan Negeri OKU.
  • 24 Oktober: Semen Baturaja Kolaborasi dengan HIPMI Sumsel untuk Kemajuan Ekonomi Sumsel.
  • 24 Oktober: MoU Semen Baturaja dengan Kejaksaan Negeri Bandar Lampung.
  • 25 November: Semen Baturaja Gandeng POS Indonesia Kolaborasi di Bidang Digitalisasi.
  • 30 November: Semen Baturaja Raih Penghargaan Industri Hijau Tahun 2021 level 5 dari Kementerian Perdagangan RI.
Akhirnya, sambil mengucapkan terima kasih atas eksistensi perusahaan Semen Baturaja, artikel ini sekali lagi berargumen bahwa model dan desain bangunan sangat berkontribusi bagi perubahan iklim dan berdampak langsung bagi kelestarian ekosistem. Ada banyak metode pembangunan, teknologi dan sistem yang dapat berkontribusi pada pengurangan karbon yang terkandung di dalamnya. Ada juga metode pembuatan beton yang lebih ramah lingkungan daripada beton alternatif: pelat berinsulasi pada batu yang dipadatkan dengan vibro.

Untuk mencapai konstruksi karbon rendah, Craig Delancey dalam Architecture Can Save the World: Building and Enviromental Ethics (2004) menegaskan bahwa industri perlu mengadopsi spesifikasi metode, bahan, dan proses konstruksi rendah karbon sebagai bagian integral dari tahap pengarahan, desain, spesifikasi, dan pengadaan suatu proyek. Dalam kategori beton misalnya, diketahui bahwa beton diproduksi secara lokal sehingga karbon yang terkandung dalamnya sangat bervariasi menurut lokasi, dan perlu ditentukan secara hati-hati untuk mencapai potensinya.

Oleh karena itu, ketika kita membangun gedung yang semakin hemat energi yang menggunakan lebih sedikit energi pada proses produksi dan lebih banyak energi terbarukan, karbon yang terkandung dalam tahapan produksi menjadi lebih rendah. Atau jika bahan yang digunakan secara aktif menyerap karbon dioksida maka kita juga dapat menggunakan bangunan untuk menghilangkan CO2 dari atmosfer.

#SMBRBLOGCOMPETITION2022

Comments

Post a Comment